Pages

Sabtu, 20 April 2013

PENYAKIT TBC PARU



A.    TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonium (Siswanto, 2008).
Mycobacterium tuberculosae menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis, dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan.
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobacteria, merupakan kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di tanah, lingkungan akuatik, air , binatang, dan manusia, hidup baik pada lingkungan lembab dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman ini melayang di udara dan disebut droplet nuclei (Girsang, 1999) dengan panjang tubauh 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron.
B.     Patogenitas
Penyakit ini dikendalikan respon imunitas diperantai sel efektor : makrofag & limfosit. Termasuk respon dari reaksi hipersensitifitas tipe IV. Infeksi primer : kuman terhirup masuk saluran nafas dan menuju paru-paru. Bertemu makrofag jaringan dan neutrofil. Sebagian mati karena difagosit makrofag, terkena secret makrofag dan terkena secret saluran nafas. Bila tidak difagosit oleh makrofag, akan tetap hidup karena kuman TB bersifat intraseluler.
M. tuberculosis adalah basil tahan asam karena memiliki banyak lipid yang membuatnya tahan terhadap asam, ganggunan kimia dan fisik. Kandungan Lipid yang banyak dalam makrofag, dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya. Setelah infeksi primer, ada beberapa kemungkinan :
  1. Infeksi ini akan sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
  2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotic, klasifikasi hilus.
  3. Kambuh kembali menjadi tuberculosis sekunder karena kuman yang dormat.
  4. Menimbulkan komplikasi dan menyebar baik dapat secara perkotinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen.
C.    Cara Penularan
Cara penularan penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberrculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC btuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebarr melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbenuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-rang dengan sistem imun yang kurang, bakteri ini akkan mengalami perkembangbiakkan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
D.    Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
Tujuan melakukan klasifikasi penyakit dan penderita adalah penting untuk menetapkan panduan OAT yang sesuai. Klasifikasi penyakit dan tipe penderita dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
1.      Klasifikasi penyakit
a.       Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchyma paru, sebab itu TB pada selaput paru (pleura) atau TB pada kelenjar hilus dianggap sebagai TB Ekstra  Paru. Bila penderita TB paru juga bisa mengalami TB Ekstra Paru, maka untuk kepentingan pencatatan maka penderita tersebut hanya dicatat sebagai penderita TB paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dapat dibagi menjadi :
-          TB paru BTA positif, yaitu bila sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan sediaan dahak SPS hasilnya positif atau sediaan dahak hasilnya BTA positif dan pemeriksaan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
-          TB paru BTA negatif rontgen positif, yaitu bila semua sediaan dahak SPS hasilnya negatif tapi foto rontgen ada menunjukkan gambaran TB aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan kerusakan paru yang luas, seperti adanya proses milier dan atau keadaan umum penderita buruk.
b.      TB Ekstra Paru
TB Ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ lain selain paru, misalnya pleura, selaput jantung, selaput otak, persendian, limfa, kulit, tulang, ginjal, usus, alat kelamin, saluran kemih, dan lain-lain. tB ekstra paru dibagi menurut tingkat keparahan yaitu :
1)      TB ekstra paru ringan, misalnya TB kelenjar limfa, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2)      TB ekstra paru berat, misalnya meningitis, milier, perikarditis, perioritis, tulang belakang, usus, saluran kencing, dan alat kelamin. 
2.      Tipe Pasien
Tipe pasien TB ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat beberapa tipe pasien yaitu :
a.       Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan ( 4 minggu).
b.      Kasus kambuh ( Relaps )
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan BTA positif     ( apusan atau kultur ).
c.       Kasus setelah putus berobat ( Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
d.      Kasus gagal ( Failure )
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e.       Kasus pindahan ( Transfer In )
Adalah pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki register TB untuk melanjutkan pengobatanya.
f.       Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak  memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasu
k kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.
E.     Penemuan dan diagnosis penderita tuberculosis
Penemuan penderita tuberculosis dapat dilakukan pada orang dewasa dan anak. Penemuan tuberculosis pada orang dewasa dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak serumah dengan penderita TBC paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada, dan uji tuberkulin. Unttuk itu, penting memikirkan TBC pada anak, jika terdapat gejala seperti berikut:
1.      Diagnosis TB pada anak
1)      Gejala umum TBC :
-          Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
-          Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh, dan berat badan tidak naik dengan adekuat.
-          Demam lama berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau ISPA) dapat disertai keringat pada malam hari.
-          Pembesaran kelenjar limfe, superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
-          Gejala-gejala dari saluran napas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
-          Gejala-gejala saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh denggan pengobatan diare, benolan/massa di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
2)      Gejala spesifik
Gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang, misalnya :
(a)    TBC kulit / skrofuloderma
(b)   TBC tulang dan sendi
§  Tulang punggung (spondilitas) : gibus.
§  Tulang panggul (koksitis) : pinccang, pembengkakan di pinggul
§  Tulang lutut : pincang/bengkak
§  Tulang kakii dan tangan
(c)    TBC otak dan syaraf
§  Meningitis : dengan gejala irritable, kaku kuduk, muntah-muntah, dan kesadaran menurun.
(d)   Gejala mata
§  Konjungtivis fliknelaris
§  Tuberkel koroid  (hanya terlihat dengan funduskopi,

 Diagnosa TB pada Orang Dewasa
Pasien yang mempunyai keluhan batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kurang enak badan, berkeringat pada malam hari walaupun tidak beraktivitas dan terjadi demam lebih dari sebulan, dianggap sebagai tersangka penderita TB (suspek TB). Semua suspek TB yang ada dicatat dalam formulir tersangka penderita yang diperiksa dahak SPS. Yang harus dicatat dalam formulir ini adalah nomor urut, nomor identitas sediaan, nama tersangka, umur dan jenis kelamin, alamt, tanggal dan hasil pemeriksaan dahak dan nomor registrasi laboratorium.



0 komentar:

Posting Komentar