Pages

Jumat, 21 Juni 2013

TUGAS COMPUTER 2

PHOTO SHOP

untu mendapatkan foto ini KLIK DISINI


Rabu, 12 Juni 2013

CUSING SINDROM dan GRAVES DISEASE

CUSING SINDROM

Cushing Sindrom adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh tingginya hormon kortisol didalam tubuh. Kadang-kadang disebut "hypercortisolism," penyakit ini relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang dewasa berusia 20 sampai 50 tahun. Diperkirakan 10 sampai 15 dari setiap satu juta orang yang teserang penyakit ini setiap tahunya.
Gejalanya bervariasi, tetapi kebanyakan menjangkit pada seseorang yang mengalami kegemukan, wajah yang bulat, peningkatan lemak di sekitar leher. Pada anak-anak cenderung menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan melambat.
Gejala lainnya muncul di kulit, yang menjadi rapuh,tipis dan kulit menjadi ungu. Stretch mark bisa muncul di perut, paha, bokong, lengan dan dada. Tulang akan menjadi lemah, dan mengakibatkan tubuh membungkuk, sakit punggung, dan patah tulang belakang. Kebanyakan orang mengalami kelelahan yang parah, lemah otot, tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi, cepat ​​marah, kecemasan dan depresi yang umum.
Pada wanita biasanya memiliki pertumbuhan rambut yang berlebih di wajah, leher, dada, perut, dan paha. Periode menstruasi mungkin menjadi tidak teratur atau berhenti. Sedangkan pada pria kesuburan menjadi menurun dengan keinginan berkurang atau tidak ada nafsu untuk seks.
Diagnosa didasarkan pada review dari riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium seringkali ujian x-ray dari kelenjar adrenal yang berguna untuk menemukan tumor. Tes ini membantu untuk menentukan  kelebihan kadar kortisol.


Pengukuran kadar kortisol dari urine 24 jam adalah tes diagnostik yang paling spesifik. Dengan cara urine pasien dikumpulkan selama 24 jam dan diuji jumlah kortisol. Kadar 50-100 mikrogram per hari untuk orang dewasa menunjukkan sindrom Cushing. Batas normal antar laboratorium berbeda-beda, tergantung pada teknik pengukuran yang digunakan.


GRAVES DISEASE

Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang menyebabkan kelebihan aktivitas dari kelenjar tiroid (hipertiroidisme).
Kelenjar tiroid adalah organ penting dari sistem endokrin terletak di bagian depan leher tepat di bawah kotak suara. Kelenjar ini melepaskan hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3), yang mengendalikan metabolisme tubuh. Mengontrol metabolisme yang penting untuk mengatur suasana hati, berat badan, dan tingkat energi mental dan fisik. Jika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon tiroid, akan terjadi hipertiroidisme.
Penyebab penyakit Graves yang paling umum yaitu dari hipertiroid. Hal ini disebabkan oleh respon sistem imun abnormal yang menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit Graves paling sering terjadi pada wanita di atas usia 20. Namun, gangguan dapat terjadi pada usia berapa pun dan dapat juga mempengaruhi laki-laki.
Gejala penyakit Graves adalah gelisahan, pembesaran payudara pada pria (mungkin terjadi), sulit berkonsentrasi, penglihatan ganda, bola mata menonjol (exophthalmos), Iritasi mata, kelelahan, sering buang air besar, gondok (mungkin terjadi), intoleransi panas, peningkatan nafsu makan, keringat berlebihan, insomnia, periode menstruasi tidak teratur pada wanita, kelemahan otot, gugup, denyut jantung cepat dan tidak teratur, gelisah dan sulit tidur, sesak napas.



Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok). Tes lain yang dapat dikerjakan meliputi : tes darah untuk mengukur kadar TSH, T3, T4. Penyakit ini juga dapat mempengaruhi hasil tes dari : Orbit CT scan atau USG, Thyroid stimulating immunoglobulin (TSI), Thyroid peroksidase (TPO) antibodi, Anti-TSH.

Rabu, 15 Mei 2013

TUGAS COMPUTER 1

CUCI TANGAN

Salah satu jalan utama masuknya bibit penyakit adalah tangan. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun sangat disarankan untuk dijadikan sebuah budaya dan kebiasaan sehari-hari. Tangan yang kotor bisa jadi penyebab utama berbagai penyakit, salah satunya terkena diare. Kita tidak bisa meremehkan penyakit diare karena terbukti saat ini diare adalah penyebab nomor dua kematian pada balita. Bibit penyakit biasanya masuk ke tubuh kita melalui 2 jalan. Yang pertama adalah melalui tangan dan satu lagi melalui hidung. Dengan mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun secara rutin maka secara otomatis tubuh kita akan terlindung dari bibit penyakit yang masuk melalui tangan.

Berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai sabun:
  1. Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak dan kotoran masih menempel di tangan.
  2. Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak dan kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang tenggorokan, masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit, biang keringat, mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
  3. Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan kuman yang menempel ditangan.
  4. Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya pengobatan kesehatan kita.
  5.  Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah. Salah satu penelitian yang dilakukan diluar negeri menunjukkan membiasakan cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi absesi sekolah sekitar 42 persen

Untuk mendapatkan gambar ini KLIK DISINI


Sabtu, 20 April 2013

PREPARAT PENGECATAN BTA


Bahan pemeriksaan untuk tbc paru terutama adalah sputum. Jika sulit mendapatkan sputum, dapat dilakukan dengan swab larynx atu cairan kurasan lambung. Pelepasan basil tbc dalam sputum kadang-kadang berhenti, kemudian dilepaskan lagi.
Pengumpulan sputum dilakukan dengan tiga cara yaitu pengumpulan sputum swaktu, pengumpulan sputum pagi hari, pengumpulan sputum sewaktu. Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi atau sputum semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah penampung sputum. Sputum yang diambil adalah sputum pagi hari dan sewaktu.
Cara pengambilan sputum : pasien disuruh berkumur dengan air garam dahulu, kemudian diberi wadah yang bermulut lebar, mempunyai tutup berulir, steril, bersih hama, tidak mudah pecah, disposible. Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan dapat dengan duduk agar dapat membungkuk.Pagi hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita dianjurkan untuk menahannya dan menarik napas dalam- dalam. Kemudian segera disuruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar ditampung dalam wadah yang disediakan, mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak, lalu ditutup. Wadah diberi label yang berisi nama , alamat, tanggal pengambilan, serta nama pengirim.

a.       Pembuatan preparat BTA
Gelas kaca diberi nomor kode, nomor pasien, nama pasien pada sisi kanan kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus / darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan lidi. Ratakan diatas kaca obyek kurang lebih 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu tebal / tipis, kemudian keringkan dalam suhu kamar. Lidi yang sebelumnya telah dipakai dicelupkan ke dalam campuran pasir dan alkohol 70% dengan perbandingan 1:2, dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang ada pada lidi (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada wktu lidi dibakar, yang dapat menyebarkan kuman Tuberkulosis). Fiksasi dengan cara melewatkan preparat diatas nyala api dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsug diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.
b.      Pembuatan larutan cat Ziehl Neelsen
Pada dasarnya prinsip pewarnaan Mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena mempunyai lapisan lemah atau lilin, sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh phenol dan pemanasan, maka lapisan lilin dapat ditembus oleh cat Bassic Fuchsin. Pada pengacatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna bassic fuchsin, kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu dipanasi akan merapat kembali, karena terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu dituangi dengan HCl dan Alkohol 70%, warna merah dri bassic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas atau luntur. Bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak berwarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylene Blue, BTA tidak mengambil warna biru.
c.       Cara pengecatan Basil tahan asam
Letakkan sediaan diatas rak pewarnaan, kemudian tuang larutan carbol fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas nyala api selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCl alkohol 3% (alkohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang, tunggu 2 menit. Cuci dengan air mengalir, tuang larytan Methylene Blue 0,1 % tunggu 10-20 detik. Cuci dengan air mengalir, kering anginkan.
d.      Cara melakukan pemeriksaan
Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas tissu. Kemudian sediaan ditetesi dengan minyak emersi 1 tetes diatas sediaan. Sediaan dibaca dengan mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari ujung kiri dan digeser ke kanan, kemudian digeser kembali ke kiri. Diperiksa sebanyak 100 lapang pandang (kurang lebih 10 menit). Pembacaan dilakukan secara sistematika, dan setiap lapang pandang, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau bengkok, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang biru.
e.       Interprestasi hasil dengan menggunakan skala bronkhost
(1+)jika pada satu sediaan tampank sampai 40 BTA setelah pemeriksaan selama 15 menit.
(2+) jika dalam satu lapang pandang pandang tampak sampai 20 BTA.
(3+) jika dalam satu lapang pandang pandang tampak sampai 60 BTA.
(4+) jika dalam satu lapang pandang pandang tampak sampai 120 BTA.
(5+) jika dalam satu medan pengliatan tampak lebih dari 120 BTA.
f.       Interprestasi hasi dengan menggunakan IUAT (Internasional Union Againts Tuberculosis)
1.       tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang (negatip)
2.       ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang (ditulis jumlah kuman yang ditemukan)
3.      Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandan (+1)
4.      Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang (+2)
5.      Ditemukan lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang.

PENYAKIT TBC PARU



A.    TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonium (Siswanto, 2008).
Mycobacterium tuberculosae menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis, dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan.
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobacteria, merupakan kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di tanah, lingkungan akuatik, air , binatang, dan manusia, hidup baik pada lingkungan lembab dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman ini melayang di udara dan disebut droplet nuclei (Girsang, 1999) dengan panjang tubauh 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron.
B.     Patogenitas
Penyakit ini dikendalikan respon imunitas diperantai sel efektor : makrofag & limfosit. Termasuk respon dari reaksi hipersensitifitas tipe IV. Infeksi primer : kuman terhirup masuk saluran nafas dan menuju paru-paru. Bertemu makrofag jaringan dan neutrofil. Sebagian mati karena difagosit makrofag, terkena secret makrofag dan terkena secret saluran nafas. Bila tidak difagosit oleh makrofag, akan tetap hidup karena kuman TB bersifat intraseluler.
M. tuberculosis adalah basil tahan asam karena memiliki banyak lipid yang membuatnya tahan terhadap asam, ganggunan kimia dan fisik. Kandungan Lipid yang banyak dalam makrofag, dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya. Setelah infeksi primer, ada beberapa kemungkinan :
  1. Infeksi ini akan sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
  2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotic, klasifikasi hilus.
  3. Kambuh kembali menjadi tuberculosis sekunder karena kuman yang dormat.
  4. Menimbulkan komplikasi dan menyebar baik dapat secara perkotinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen.
C.    Cara Penularan
Cara penularan penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberrculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC btuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebarr melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbenuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-rang dengan sistem imun yang kurang, bakteri ini akkan mengalami perkembangbiakkan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
D.    Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
Tujuan melakukan klasifikasi penyakit dan penderita adalah penting untuk menetapkan panduan OAT yang sesuai. Klasifikasi penyakit dan tipe penderita dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
1.      Klasifikasi penyakit
a.       Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchyma paru, sebab itu TB pada selaput paru (pleura) atau TB pada kelenjar hilus dianggap sebagai TB Ekstra  Paru. Bila penderita TB paru juga bisa mengalami TB Ekstra Paru, maka untuk kepentingan pencatatan maka penderita tersebut hanya dicatat sebagai penderita TB paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dapat dibagi menjadi :
-          TB paru BTA positif, yaitu bila sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan sediaan dahak SPS hasilnya positif atau sediaan dahak hasilnya BTA positif dan pemeriksaan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
-          TB paru BTA negatif rontgen positif, yaitu bila semua sediaan dahak SPS hasilnya negatif tapi foto rontgen ada menunjukkan gambaran TB aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan kerusakan paru yang luas, seperti adanya proses milier dan atau keadaan umum penderita buruk.
b.      TB Ekstra Paru
TB Ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ lain selain paru, misalnya pleura, selaput jantung, selaput otak, persendian, limfa, kulit, tulang, ginjal, usus, alat kelamin, saluran kemih, dan lain-lain. tB ekstra paru dibagi menurut tingkat keparahan yaitu :
1)      TB ekstra paru ringan, misalnya TB kelenjar limfa, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2)      TB ekstra paru berat, misalnya meningitis, milier, perikarditis, perioritis, tulang belakang, usus, saluran kencing, dan alat kelamin. 
2.      Tipe Pasien
Tipe pasien TB ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat beberapa tipe pasien yaitu :
a.       Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan ( 4 minggu).
b.      Kasus kambuh ( Relaps )
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan BTA positif     ( apusan atau kultur ).
c.       Kasus setelah putus berobat ( Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
d.      Kasus gagal ( Failure )
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e.       Kasus pindahan ( Transfer In )
Adalah pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki register TB untuk melanjutkan pengobatanya.
f.       Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak  memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasu
k kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.
E.     Penemuan dan diagnosis penderita tuberculosis
Penemuan penderita tuberculosis dapat dilakukan pada orang dewasa dan anak. Penemuan tuberculosis pada orang dewasa dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak serumah dengan penderita TBC paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada, dan uji tuberkulin. Unttuk itu, penting memikirkan TBC pada anak, jika terdapat gejala seperti berikut:
1.      Diagnosis TB pada anak
1)      Gejala umum TBC :
-          Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
-          Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh, dan berat badan tidak naik dengan adekuat.
-          Demam lama berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau ISPA) dapat disertai keringat pada malam hari.
-          Pembesaran kelenjar limfe, superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
-          Gejala-gejala dari saluran napas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
-          Gejala-gejala saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh denggan pengobatan diare, benolan/massa di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
2)      Gejala spesifik
Gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang, misalnya :
(a)    TBC kulit / skrofuloderma
(b)   TBC tulang dan sendi
§  Tulang punggung (spondilitas) : gibus.
§  Tulang panggul (koksitis) : pinccang, pembengkakan di pinggul
§  Tulang lutut : pincang/bengkak
§  Tulang kakii dan tangan
(c)    TBC otak dan syaraf
§  Meningitis : dengan gejala irritable, kaku kuduk, muntah-muntah, dan kesadaran menurun.
(d)   Gejala mata
§  Konjungtivis fliknelaris
§  Tuberkel koroid  (hanya terlihat dengan funduskopi,

 Diagnosa TB pada Orang Dewasa
Pasien yang mempunyai keluhan batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kurang enak badan, berkeringat pada malam hari walaupun tidak beraktivitas dan terjadi demam lebih dari sebulan, dianggap sebagai tersangka penderita TB (suspek TB). Semua suspek TB yang ada dicatat dalam formulir tersangka penderita yang diperiksa dahak SPS. Yang harus dicatat dalam formulir ini adalah nomor urut, nomor identitas sediaan, nama tersangka, umur dan jenis kelamin, alamt, tanggal dan hasil pemeriksaan dahak dan nomor registrasi laboratorium.



Minggu, 14 April 2013

HITUNG JENIS LEUKOSIT



Nama Lain
:
Diff. Count, White Blood Cell Count Differential
Definisi
:
pemeriksaan jumlah relatif / prosentase (%) dari masing-masing jenis sel leukosit. Leukosit terdiri dari 5 jenis, yaitu: Eosinofil, Basofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit
Sampel
:
darah vena + antikoagulan EDTA
Nilai Rujukan
:
Bervariasi tiap laboratorium.
Eosinofil: 0 – 4 %
Basofil: 0 – 1 %
Neutrofil: 46 – 73 %
Limfosit: 18 – 44 %
Monosit: 3 – 9 %
Hasil Abnormal
:
Aktivitas fisik dan stress dapat mempengaruhi pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
Menurun:
Eosinopenia: orang normal, syok, luka bakar, infeksi berat
Basofil: orang normal, obat epinephrin
Netropenia: tifoid, infeksi virus, kemoterapi, radiasi, obat-obatan tertentu
Limfositopenia: imunodefisiensi, radiasi, penyakit Hodgkin, dll
Monosit: infeksi akut
Meningkat:
Eosinofilia: alergi, infeksi parasit
Basofilia: leukemia myeloid kronik, polisitemia vera, penyakit alergi, inflamasi kronik
Netrofilia: infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, uremia, dll
Limfositosis: infeksi virus, tuberkulosis, leukemia limfositik kronik, dll
Monositosis: penyakit infeksi bakteri, virus maupun jamur. Leukemia monositik, rheumatoid arthritis, dll

Rabu, 10 April 2013

TREMATODA


Trematoda atau Cacing Isap termasuk dalam filum Platyhelminthes dalam kelompok hewan tak bertulang belakang.  Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.

Menurut tempat hidup (habitat) cacing dewasa dalam tubuh hospes, Trematoda dibagi menjadi empat yaitu  Trematoda hati (contoh:  Fasciola hepatica,  Clonorchis sinensis, Opistorchis sp). Trematoda usus (contohnya: Fasciolopsis buski,  Echinostoma sp & Heterophyidae).   Trematoda paru ( Paragonimus  westermani). dan Trematoda darah : Schistosoma Sp.
Trematoda merupakan cacing berbentuk daun. Bersifat hermaprodit kecuali Schistosoma. mempunyai batil isap mulut & perut, pada manusia hidup sebagai endoparasit, Hospes definitif : manusia, hewan (kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, harimau dll). Trematoda merupakan cacing  umumnya bentuk daun, pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak ada rongga badan, cacing dewasa hidup pada hospes definitive, telur diletakan di sal. Hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau jaringan lain. Telur  keluar bersama tinja, dahak atau urin
Telur umummnya berisi sel telur, ada beberapa yang sudah mengandung mirasidium (telur matang).  Telur keluar bersama tinja masuk hospes Perantara I, berkembang menjadi Serkaria, serkaria keluar mencari hispes perantara II, berkembang menjadi metaserkaria (bentuk infektif).
Cara infeksinya diawali dari Serkaria menembus kulit (untuk cacing Schistosoma sp),  atau tertelan metaserkaria dalam HP II (keong, ikan, ketam, tanaman air).  Gejala Klinis tergantung lokasi keberadaan cacing dewasa, adanya rangsangan setempat & zat toksin yang dikeluarkan cacing dewasa,  Trematoda yg hidup di rongga usus umumnya hanya gejala gastrointestinal ringan, seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Trematoda yg hidup di paru-paru menimbulkan gejala batuk, sesak napas dan dapat terjadi batuk darah (hemoptisis).  Trematoda hati dpt menyebabkan peradangan saluran  Empedu, penyumbatan aliran empedu sehingga terjadi ikterus, hepatomegali dan serosis hati.  Trematoda darah,  telurnya dapat  menyebabkan peradangan, pseudo- abses dan fibrosis pada jaringan yg diinfiltrasi cacing  dewasa.
Diagnosis infeksi Trematoda dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja, dahak, urin, atau biopsi jaringan. Infeksi Trematoda terjadi karena beberapa faktor, antara lain kebiasaan makan Hospes Perantara (mengandung  metaserkaria) yang tidak dimasak matang mempengaruhi transmisi penyakit, kecuali Schistosoma adanya kebiasaan kontak dengan air dapat mempengaruhi penularan penyakit .
Distribusi geografik Trematoda umumnya  ditemukan di RRC, Korea, Jepang, Folipina, Thailan, India      Vietnam, Taiwan, & Afrika.  Di Indonesia F. buski endemik di Kalimantan,  Echinostoma di P. Jawa, Schistosoma   japonicum di Sulawesi Tengah (Danau Lindu & Lembah Napu).
Gejala Klinis :
Fasciolopsis buski
                Infeksi ringan è peradanagn lokal dengan hipersekresi mukus, perdarahan, ulserasi, kemungkinan terbentuk abses.
                Infeksi berat è obstruksi usus, ileus akut, absorbsi metabolik, alergi, odema, asites, eosinofilia, leukositosis.  Tinja banyak berwarna kuning kehijauan dan banyak makanan yang belum dicerna (malabsorbsi)
Echinostoma ilocanum
                Infeksi ringan è peradangan lokal
                Infeksi berat è peradangan katara dan ulserasi ringan, diare, nyeri perut.
Heterophyes heterophyes
                Infeksi ringan è kerusakan pada mukosa usus
                Infeksi berat è nyeri perut, diare berlendir, dan ulserasi dinding usus, telur yang kecil dapat masuk ke peredaran darah dan menimbulkan lesi patologis dalam jantung dan otak
Paragonimus westermani
                                Migrasi larva melalui jaringan menimbulkan perdarahan setempat dan infiltrasi lekosit. Gejala ini tergantung dari jumlah cacing dalam hospes. Ketika kista pecah timbul batuk disertai produksi sputum yang kental dengan bercak darah dan nyeri dada.
                                Akibat yang berbahaya adalah komplikasi serebal gejalanya,(demam, muntah sakit kepal, paralisis generalisata) dan kemungkinan mati