PHOTO SHOP
untu mendapatkan foto ini KLIK DISINI
Jumat, 21 Juni 2013
TUGAS COMPUTER 2
Diposting oleh
red-yellow-green
di
04.31
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Rabu, 12 Juni 2013
CUSING SINDROM dan GRAVES DISEASE
CUSING SINDROM
Cushing
Sindrom adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh tingginya hormon kortisol
didalam tubuh. Kadang-kadang disebut "hypercortisolism," penyakit ini
relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang dewasa berusia 20 sampai 50
tahun. Diperkirakan 10 sampai 15 dari setiap satu juta orang yang teserang
penyakit ini setiap tahunya.
Gejalanya
bervariasi, tetapi kebanyakan menjangkit pada seseorang yang mengalami
kegemukan, wajah yang bulat, peningkatan lemak di sekitar leher. Pada anak-anak
cenderung menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan melambat.
Gejala
lainnya muncul di kulit, yang menjadi rapuh,tipis dan kulit menjadi ungu. Stretch
mark bisa muncul di perut, paha, bokong, lengan dan dada. Tulang akan menjadi
lemah, dan mengakibatkan tubuh membungkuk, sakit punggung, dan patah tulang
belakang. Kebanyakan orang mengalami kelelahan yang parah, lemah otot, tekanan
darah tinggi dan gula darah tinggi, cepat marah, kecemasan dan depresi yang
umum.
Pada
wanita biasanya memiliki pertumbuhan rambut yang berlebih di wajah, leher,
dada, perut, dan paha. Periode menstruasi mungkin menjadi tidak teratur atau
berhenti. Sedangkan pada pria kesuburan menjadi menurun dengan keinginan
berkurang atau tidak ada nafsu untuk seks.
Diagnosa
didasarkan pada review dari riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium seringkali ujian x-ray dari kelenjar adrenal yang berguna untuk
menemukan tumor. Tes ini membantu untuk menentukan kelebihan kadar kortisol.
Pengukuran
kadar kortisol dari urine 24 jam adalah tes diagnostik yang paling spesifik.
Dengan cara urine pasien dikumpulkan selama 24 jam dan diuji jumlah kortisol.
Kadar 50-100 mikrogram per hari untuk orang dewasa menunjukkan sindrom Cushing.
Batas normal antar laboratorium berbeda-beda, tergantung pada teknik pengukuran
yang digunakan.
GRAVES DISEASE
Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang
menyebabkan kelebihan aktivitas dari kelenjar tiroid (hipertiroidisme).
Kelenjar tiroid adalah organ penting dari sistem
endokrin terletak di bagian depan leher tepat di bawah kotak suara. Kelenjar
ini melepaskan hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3), yang
mengendalikan metabolisme tubuh. Mengontrol metabolisme yang penting untuk
mengatur suasana hati, berat badan, dan tingkat energi mental dan fisik. Jika
tubuh memproduksi terlalu banyak hormon tiroid, akan terjadi hipertiroidisme.
Penyebab penyakit Graves yang paling umum yaitu
dari hipertiroid. Hal ini disebabkan oleh respon sistem imun abnormal yang
menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit
Graves paling sering terjadi pada wanita di atas usia 20. Namun, gangguan dapat
terjadi pada usia berapa pun dan dapat juga mempengaruhi laki-laki.
Gejala penyakit Graves adalah gelisahan,
pembesaran payudara pada pria (mungkin terjadi), sulit berkonsentrasi,
penglihatan ganda, bola mata menonjol (exophthalmos), Iritasi mata, kelelahan,
sering buang air besar, gondok (mungkin terjadi), intoleransi panas,
peningkatan nafsu makan, keringat berlebihan, insomnia, periode menstruasi
tidak teratur pada wanita, kelemahan otot, gugup, denyut jantung cepat dan
tidak teratur, gelisah dan sulit tidur, sesak napas.
Pemeriksaan
fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat
menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok). Tes lain yang dapat dikerjakan
meliputi : tes darah untuk mengukur kadar TSH, T3, T4. Penyakit ini juga dapat
mempengaruhi hasil tes dari : Orbit CT scan atau USG, Thyroid stimulating
immunoglobulin (TSI), Thyroid peroksidase (TPO) antibodi, Anti-TSH.
Diposting oleh
red-yellow-green
di
07.11
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
BIOKIMIA
Rabu, 15 Mei 2013
TUGAS COMPUTER 1
CUCI TANGAN
Salah satu jalan utama masuknya bibit penyakit adalah tangan. Mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan sabun sangat disarankan untuk
dijadikan sebuah budaya dan kebiasaan sehari-hari. Tangan yang kotor
bisa jadi penyebab utama berbagai penyakit, salah satunya terkena diare. Kita tidak bisa meremehkan penyakit diare karena terbukti saat ini diare adalah penyebab nomor dua kematian pada balita. Bibit penyakit biasanya masuk ke tubuh kita melalui 2 jalan. Yang
pertama adalah melalui tangan dan satu lagi melalui hidung. Dengan
mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun secara rutin maka
secara otomatis tubuh kita akan terlindung dari bibit penyakit yang
masuk melalui tangan.
Berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai sabun:
Berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai sabun:
- Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak dan kotoran masih menempel di tangan.
- Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak dan kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang tenggorokan, masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit, biang keringat, mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
- Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan kuman yang menempel ditangan.
- Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya pengobatan kesehatan kita.
- Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah. Salah satu penelitian yang dilakukan diluar negeri menunjukkan membiasakan cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi absesi sekolah sekitar 42 persen
Untuk mendapatkan gambar ini KLIK DISINI
Diposting oleh
red-yellow-green
di
22.12
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sabtu, 20 April 2013
PREPARAT PENGECATAN BTA
Bahan pemeriksaan untuk tbc paru
terutama adalah sputum. Jika sulit mendapatkan sputum, dapat dilakukan dengan
swab larynx atu cairan kurasan lambung. Pelepasan basil tbc dalam sputum
kadang-kadang berhenti, kemudian dilepaskan lagi.
Pengumpulan sputum dilakukan dengan
tiga cara yaitu pengumpulan sputum swaktu, pengumpulan sputum pagi hari,
pengumpulan sputum sewaktu. Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi
atau sputum semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah
penampung sputum. Sputum yang diambil adalah sputum pagi hari dan sewaktu.
Cara pengambilan sputum : pasien
disuruh berkumur dengan air garam dahulu, kemudian diberi wadah yang bermulut
lebar, mempunyai tutup berulir, steril, bersih hama, tidak mudah pecah,
disposible. Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan dapat dengan
duduk agar dapat membungkuk.Pagi hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan
batuk sangat kuat, tetapi penderita dianjurkan untuk menahannya dan menarik
napas dalam- dalam. Kemudian segera disuruh batuk sekuat-kuatnya sehingga
merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar ditampung
dalam wadah yang disediakan, mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan
dahak, lalu ditutup. Wadah diberi label yang berisi nama , alamat, tanggal
pengambilan, serta nama pengirim.
a. Pembuatan
preparat BTA
Gelas kaca diberi nomor
kode, nomor pasien, nama pasien pada sisi kanan kaca obyek baru. Pilih bagian
sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus / darah, ada perkejuan.
Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan lidi. Ratakan diatas kaca
obyek kurang lebih 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu tebal /
tipis, kemudian keringkan dalam suhu kamar. Lidi yang sebelumnya telah dipakai
dicelupkan ke dalam campuran pasir dan alkohol 70% dengan perbandingan 1:2,
dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang ada pada lidi (untuk mencegah
terjadinya percikan atau aerosol pada wktu lidi dibakar, yang dapat menyebarkan
kuman Tuberkulosis). Fiksasi dengan cara melewatkan preparat diatas nyala api
dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsug
diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.
b. Pembuatan
larutan cat Ziehl Neelsen
Pada dasarnya prinsip
pewarnaan Mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena mempunyai lapisan
lemah atau lilin, sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh phenol dan
pemanasan, maka lapisan lilin dapat ditembus oleh cat Bassic Fuchsin. Pada
pengacatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna bassic fuchsin, kemudian
dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu dipanasi akan
merapat kembali, karena terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu dituangi
dengan HCl dan Alkohol 70%, warna merah dri bassic fuchsin pada BTA tidak akan
dilepas atau luntur. Bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah,
sehingga menjadi pucat atau tidak berwarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan
Methylene Blue, BTA tidak mengambil warna biru.
c. Cara
pengecatan Basil tahan asam
Letakkan
sediaan diatas rak pewarnaan, kemudian tuang larutan carbol fuchsin sampai
menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas nyala api
selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama
5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCl alkohol 3%
(alkohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang, tunggu 2 menit. Cuci
dengan air mengalir, tuang larytan Methylene Blue 0,1 % tunggu 10-20 detik.
Cuci dengan air mengalir, kering anginkan.
d. Cara
melakukan pemeriksaan
Setelah preparat
terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas tissu. Kemudian
sediaan ditetesi dengan minyak emersi 1 tetes diatas sediaan. Sediaan dibaca
dengan mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari ujung kiri
dan digeser ke kanan, kemudian digeser kembali ke kiri. Diperiksa sebanyak 100
lapang pandang (kurang lebih 10 menit). Pembacaan dilakukan secara sistematika,
dan setiap lapang pandang, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau
bengkok, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang biru.
e. Interprestasi
hasil dengan menggunakan skala bronkhost
(1+)jika pada satu
sediaan tampank sampai 40 BTA setelah pemeriksaan selama 15 menit.
(2+) jika dalam satu
lapang pandang pandang tampak sampai 20 BTA.
(3+) jika dalam satu
lapang pandang pandang tampak sampai 60 BTA.
(4+) jika dalam satu
lapang pandang pandang tampak sampai 120 BTA.
(5+) jika dalam satu
medan pengliatan tampak lebih dari 120 BTA.
f. Interprestasi
hasi dengan menggunakan IUAT (Internasional Union Againts Tuberculosis)
1. tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang
(negatip)
2. ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang
(ditulis jumlah kuman yang ditemukan)
3. Ditemukan
10-99 BTA dalam 100 lapang pandan (+1)
4. Ditemukan
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang (+2)
5. Ditemukan
lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang.
Diposting oleh
red-yellow-green
di
04.55
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Bakteriologi
PENYAKIT TBC PARU
A. TUBERKULOSIS
Tuberkulosis
adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam, sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonium
(Siswanto, 2008).
Mycobacterium tuberculosae
menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya
infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium
paratuberkulosis, dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau
tidak dapat terklasifikasikan.
Mycobacterium tuberculosis
termasuk dalam genus mycobacteria, merupakan kuman aerob, tidak membentuk
spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di tanah, lingkungan akuatik,
air , binatang, dan manusia, hidup baik pada lingkungan lembab dan tidak tahan
terhadap sinar matahari. Kuman ini melayang di udara dan disebut droplet nuclei
(Girsang, 1999) dengan panjang tubauh 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron.
B. Patogenitas
Penyakit ini dikendalikan respon
imunitas diperantai sel efektor : makrofag & limfosit. Termasuk respon dari
reaksi hipersensitifitas tipe IV. Infeksi primer : kuman terhirup masuk saluran
nafas dan menuju paru-paru. Bertemu makrofag jaringan dan neutrofil. Sebagian
mati karena difagosit makrofag, terkena secret makrofag dan terkena secret
saluran nafas. Bila tidak difagosit oleh makrofag, akan tetap hidup karena
kuman TB bersifat intraseluler.
M.
tuberculosis adalah basil tahan asam karena memiliki banyak lipid yang
membuatnya tahan terhadap asam, ganggunan kimia dan fisik. Kandungan Lipid yang
banyak dalam makrofag, dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya. Setelah infeksi
primer, ada beberapa kemungkinan :
- Infeksi ini akan sembuh sama sekali
tanpa meninggalkan cacat.
- Sembuh dengan meninggalkan sedikit
bekas berupa garis fibrotic, klasifikasi hilus.
- Kambuh kembali menjadi tuberculosis
sekunder karena kuman yang dormat.
- Menimbulkan komplikasi dan menyebar
baik dapat secara perkotinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen.
C. Cara Penularan
Cara
penularan penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium tuberrculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
btuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebarr melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.
Saat
Mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbenuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut
dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah
yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada
sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-rang dengan sistem imun yang kurang,
bakteri ini akkan mengalami perkembangbiakkan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru.
Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang
yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.
D. Klasifikasi Penyakit dan Tipe
Pasien
Tujuan
melakukan klasifikasi penyakit dan penderita adalah penting untuk menetapkan
panduan OAT yang sesuai. Klasifikasi penyakit dan tipe penderita dilakukan
sebelum pengobatan dimulai.
1. Klasifikasi
penyakit
a. Tuberkulosis
Paru
Tuberkulosis paru
adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchyma paru, sebab itu TB pada
selaput paru (pleura) atau TB pada kelenjar hilus dianggap sebagai TB
Ekstra Paru. Bila penderita TB paru juga
bisa mengalami TB Ekstra Paru, maka untuk kepentingan pencatatan maka penderita
tersebut hanya dicatat sebagai penderita TB paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak, TB paru dapat dibagi menjadi :
-
TB paru BTA positif, yaitu bila
sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan sediaan dahak SPS hasilnya positif atau
sediaan dahak hasilnya BTA positif dan pemeriksaan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
-
TB paru BTA negatif rontgen positif,
yaitu bila semua sediaan dahak SPS hasilnya negatif tapi foto rontgen ada
menunjukkan gambaran TB aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan kerusakan paru yang
luas, seperti adanya proses milier dan atau keadaan umum penderita buruk.
b. TB
Ekstra Paru
TB Ekstra paru adalah
tuberkulosis yang menyerang organ lain selain paru, misalnya pleura, selaput
jantung, selaput otak, persendian, limfa, kulit, tulang, ginjal, usus, alat
kelamin, saluran kemih, dan lain-lain. tB ekstra paru dibagi menurut tingkat
keparahan yaitu :
1) TB
ekstra paru ringan, misalnya TB kelenjar limfa, tulang (kecuali tulang belakang),
sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB
ekstra paru berat, misalnya meningitis, milier, perikarditis, perioritis,
tulang belakang, usus, saluran kencing, dan alat kelamin.
2. Tipe
Pasien
Tipe
pasien TB ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat
beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus
baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan ( 4 minggu).
b. Kasus
kambuh ( Relaps )
Adalah pasien tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan
BTA positif ( apusan atau kultur ).
c. Kasus
setelah putus berobat ( Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan
putus berobat 2 bulan atau lebih dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
d. Kasus
gagal ( Failure )
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan.
e. Kasus
pindahan ( Transfer In )
Adalah pasien yang dipindahkan dari Unit
Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki register TB untuk melanjutkan
pengobatanya.
f. Kasus
lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasu
k kasus kronik, yaitu pasien dengan
hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.
E. Penemuan dan diagnosis penderita
tuberculosis
Penemuan
penderita tuberculosis dapat dilakukan pada orang dewasa dan anak. Penemuan
tuberculosis pada orang dewasa dilakukan secara pasif, artinya penjaringan
tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit
pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan
secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak serumah dengan
penderita TBC paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Diagnosis
paling tepat adalah ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari
penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dan lain-lain. Tetapi pada
anak hal ini sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnosis TBC
anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada, dan uji
tuberkulin. Unttuk itu, penting memikirkan TBC pada anak, jika terdapat gejala
seperti berikut:
1. Diagnosis
TB pada anak
1) Gejala
umum TBC :
-
Berat badan turun selama 3 bulan
berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun
sudah dengan penanganan gizi yang baik.
-
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan
gagal tumbuh, dan berat badan tidak naik dengan adekuat.
-
Demam lama berulang tanpa sebab yang
jelas (bukan tifus, malaria, atau ISPA) dapat disertai keringat pada malam
hari.
-
Pembesaran kelenjar limfe, superfisialis
yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering daerah leher, ketiak dan
lipatan paha (inguinal).
-
Gejala-gejala dari saluran napas,
misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari
batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
-
Gejala-gejala saluran cerna, misalnya
diare berulang yang tidak sembuh denggan pengobatan diare, benolan/massa di
abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
2) Gejala
spesifik
Gejala ini biasanya tergantung pada
bagian tubuh mana yang terserang, misalnya :
(a) TBC
kulit / skrofuloderma
(b) TBC
tulang dan sendi
§ Tulang
punggung (spondilitas) : gibus.
§ Tulang
panggul (koksitis) : pinccang, pembengkakan di pinggul
§ Tulang
lutut : pincang/bengkak
§ Tulang
kakii dan tangan
(c) TBC
otak dan syaraf
§ Meningitis
: dengan gejala irritable, kaku kuduk, muntah-muntah, dan kesadaran menurun.
(d) Gejala
mata
§ Konjungtivis
fliknelaris
§ Tuberkel
koroid (hanya terlihat dengan
funduskopi,
Diagnosa
TB pada Orang Dewasa
Pasien
yang mempunyai keluhan batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau
lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada,
badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kurang enak
badan, berkeringat pada malam hari walaupun tidak beraktivitas dan terjadi
demam lebih dari sebulan, dianggap sebagai tersangka penderita TB (suspek TB).
Semua suspek TB yang ada dicatat dalam formulir tersangka penderita yang
diperiksa dahak SPS. Yang harus dicatat dalam formulir ini adalah nomor urut,
nomor identitas sediaan, nama tersangka, umur dan jenis kelamin, alamt, tanggal
dan hasil pemeriksaan dahak dan nomor registrasi laboratorium.
Diposting oleh
red-yellow-green
di
04.53
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Bakteriologi
Minggu, 14 April 2013
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Nama Lain
|
:
|
Diff.
Count, White Blood Cell Count Differential
|
Definisi
|
:
|
pemeriksaan
jumlah relatif / prosentase (%) dari masing-masing jenis sel leukosit.
Leukosit terdiri dari 5 jenis, yaitu: Eosinofil, Basofil, Neutrofil, Limfosit
dan Monosit
|
Sampel
|
:
|
darah vena
+ antikoagulan EDTA
|
Nilai
Rujukan
|
:
|
Bervariasi
tiap laboratorium.
Eosinofil: 0 – 4 %
Basofil: 0 – 1 %
Neutrofil: 46 – 73 %
Limfosit: 18 – 44 %
Monosit: 3 – 9 %
|
Hasil
Abnormal
|
:
|
Aktivitas fisik dan stress dapat
mempengaruhi pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
Menurun:
Eosinopenia: orang normal, syok, luka
bakar, infeksi berat
Basofil: orang normal, obat
epinephrin
Netropenia: tifoid, infeksi virus,
kemoterapi, radiasi, obat-obatan tertentu
Limfositopenia: imunodefisiensi, radiasi,
penyakit Hodgkin, dll
Monosit: infeksi akut
Meningkat:
Eosinofilia: alergi, infeksi parasit
Basofilia: leukemia myeloid kronik,
polisitemia vera, penyakit alergi, inflamasi kronik
Netrofilia: infeksi bakteri, keracunan
bahan kimia dan logam berat, uremia, dll
Limfositosis: infeksi virus, tuberkulosis,
leukemia limfositik kronik, dll
Monositosis: penyakit infeksi bakteri,
virus maupun jamur. Leukemia monositik, rheumatoid arthritis, dll
|
Diposting oleh
red-yellow-green
di
07.55
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Hematologi
Rabu, 10 April 2013
TREMATODA
Trematoda atau Cacing Isap termasuk dalam filum Platyhelminthes dalam kelompok hewan tak bertulang belakang. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Menurut tempat hidup (habitat) cacing dewasa dalam tubuh hospes, Trematoda dibagi menjadi empat yaitu Trematoda hati (contoh: Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Opistorchis sp). Trematoda usus (contohnya: Fasciolopsis buski, Echinostoma sp & Heterophyidae). Trematoda paru ( Paragonimus westermani). dan Trematoda darah : Schistosoma Sp.
Menurut tempat hidup (habitat) cacing dewasa dalam tubuh hospes, Trematoda dibagi menjadi empat yaitu Trematoda hati (contoh: Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Opistorchis sp). Trematoda usus (contohnya: Fasciolopsis buski, Echinostoma sp & Heterophyidae). Trematoda paru ( Paragonimus westermani). dan Trematoda darah : Schistosoma Sp.
Trematoda merupakan cacing berbentuk daun. Bersifat hermaprodit kecuali Schistosoma. mempunyai batil isap mulut & perut, pada manusia hidup sebagai endoparasit, Hospes definitif : manusia, hewan (kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, harimau dll). Trematoda merupakan cacing umumnya bentuk daun, pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak ada rongga badan, cacing dewasa hidup pada hospes definitive, telur diletakan di sal. Hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau jaringan lain. Telur keluar bersama tinja, dahak atau urin
Telur umummnya berisi sel telur, ada beberapa yang sudah mengandung mirasidium (telur matang). Telur keluar bersama tinja masuk hospes Perantara I, berkembang menjadi Serkaria, serkaria keluar mencari hispes perantara II, berkembang menjadi metaserkaria (bentuk infektif).
Cara infeksinya diawali dari Serkaria menembus kulit (untuk cacing Schistosoma sp), atau tertelan metaserkaria dalam HP II (keong, ikan, ketam, tanaman air). Gejala Klinis tergantung lokasi keberadaan cacing dewasa, adanya rangsangan setempat & zat toksin yang dikeluarkan cacing dewasa, Trematoda yg hidup di rongga usus umumnya hanya gejala gastrointestinal ringan, seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Trematoda yg hidup di paru-paru menimbulkan gejala batuk, sesak napas dan dapat terjadi batuk darah (hemoptisis). Trematoda hati dpt menyebabkan peradangan saluran Empedu, penyumbatan aliran empedu sehingga terjadi ikterus, hepatomegali dan serosis hati. Trematoda darah, telurnya dapat menyebabkan peradangan, pseudo- abses dan fibrosis pada jaringan yg diinfiltrasi cacing dewasa.
Cara infeksinya diawali dari Serkaria menembus kulit (untuk cacing Schistosoma sp), atau tertelan metaserkaria dalam HP II (keong, ikan, ketam, tanaman air). Gejala Klinis tergantung lokasi keberadaan cacing dewasa, adanya rangsangan setempat & zat toksin yang dikeluarkan cacing dewasa, Trematoda yg hidup di rongga usus umumnya hanya gejala gastrointestinal ringan, seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Trematoda yg hidup di paru-paru menimbulkan gejala batuk, sesak napas dan dapat terjadi batuk darah (hemoptisis). Trematoda hati dpt menyebabkan peradangan saluran Empedu, penyumbatan aliran empedu sehingga terjadi ikterus, hepatomegali dan serosis hati. Trematoda darah, telurnya dapat menyebabkan peradangan, pseudo- abses dan fibrosis pada jaringan yg diinfiltrasi cacing dewasa.
Diagnosis infeksi Trematoda dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja, dahak, urin, atau biopsi jaringan. Infeksi Trematoda terjadi karena beberapa faktor, antara lain kebiasaan makan Hospes Perantara (mengandung metaserkaria) yang tidak dimasak matang mempengaruhi transmisi penyakit, kecuali Schistosoma adanya kebiasaan kontak dengan air dapat mempengaruhi penularan penyakit .
Distribusi geografik Trematoda umumnya ditemukan di RRC, Korea, Jepang, Folipina, Thailan, India Vietnam, Taiwan, & Afrika. Di Indonesia F. buski endemik di Kalimantan, Echinostoma di P. Jawa, Schistosoma japonicum di Sulawesi Tengah (Danau Lindu & Lembah Napu).
Gejala Klinis :
Fasciolopsis buski
Infeksi ringan è peradanagn lokal dengan hipersekresi mukus, perdarahan, ulserasi, kemungkinan terbentuk abses.
Infeksi berat è obstruksi usus, ileus akut, absorbsi metabolik, alergi, odema, asites, eosinofilia, leukositosis. Tinja banyak berwarna kuning kehijauan dan banyak makanan yang belum dicerna (malabsorbsi)
Echinostoma ilocanum
Infeksi ringan è peradangan lokal
Infeksi berat è peradangan katara dan ulserasi ringan, diare, nyeri perut.
Heterophyes heterophyes
Infeksi ringan è kerusakan pada mukosa usus
Infeksi berat è nyeri perut, diare berlendir, dan ulserasi dinding usus, telur yang kecil dapat masuk ke peredaran darah dan menimbulkan lesi patologis dalam jantung dan otak
Paragonimus westermani
Migrasi larva melalui jaringan menimbulkan perdarahan setempat dan infiltrasi lekosit. Gejala ini tergantung dari jumlah cacing dalam hospes. Ketika kista pecah timbul batuk disertai produksi sputum yang kental dengan bercak darah dan nyeri dada.
Akibat yang berbahaya adalah komplikasi serebal gejalanya,(demam, muntah sakit kepal, paralisis generalisata) dan kemungkinan mati
Infeksi ringan è peradanagn lokal dengan hipersekresi mukus, perdarahan, ulserasi, kemungkinan terbentuk abses.
Infeksi berat è obstruksi usus, ileus akut, absorbsi metabolik, alergi, odema, asites, eosinofilia, leukositosis. Tinja banyak berwarna kuning kehijauan dan banyak makanan yang belum dicerna (malabsorbsi)
Echinostoma ilocanum
Infeksi ringan è peradangan lokal
Infeksi berat è peradangan katara dan ulserasi ringan, diare, nyeri perut.
Heterophyes heterophyes
Infeksi ringan è kerusakan pada mukosa usus
Infeksi berat è nyeri perut, diare berlendir, dan ulserasi dinding usus, telur yang kecil dapat masuk ke peredaran darah dan menimbulkan lesi patologis dalam jantung dan otak
Paragonimus westermani
Migrasi larva melalui jaringan menimbulkan perdarahan setempat dan infiltrasi lekosit. Gejala ini tergantung dari jumlah cacing dalam hospes. Ketika kista pecah timbul batuk disertai produksi sputum yang kental dengan bercak darah dan nyeri dada.
Akibat yang berbahaya adalah komplikasi serebal gejalanya,(demam, muntah sakit kepal, paralisis generalisata) dan kemungkinan mati
Diposting oleh
red-yellow-green
di
22.10
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Parasitologi